Masawah - Hari ini tepatnya empat belas tahun yang lalu, kejadian tsunami melanda dusun Madasari Desa Masawah pada 17 Juli 2006 terjadi pada sore hari sekitar pukul 15.19 WIB dengan merenggut korban jiwa 45 orang meninggal dunia dan sekitar 116 orang luka-luka.
Dari sisi ilmu pengetahuan, kejadian ini merupakan salah satu tonggak sejarah dalam pemahaman tentang karakteristik tsunami di Indonesia. Tsunami yang terjadi pada saat itu tidak dirasakan adanya gempa kuat yang bisa menjadi pertanda akan potensi tsunami. Sebelum terjadinya tsunami, air laut tiba-tiba surut hingga satu meter, kemudian berselang beberapa menit terjadi tsunami setinggi sekitar 3-4 meter menghantam daratan.
Dikutip dari bencana-kesehatan.net, Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika atau PGN BMG menyatakan gempa bumi yang terjadi di kawasan pantai Pangandaran tersebut terjadi pada pukul 15.19 berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa tektonik pada kedalaman kurang dari 30 km di titik 9,4 Lintang Selatan, dan 107,2 Bujur Timur. Pusat gempa tepatnya berada di sebelah selatan Pameungpeuk dengan jarak sekitar 150 km, dan merupakan zona pertemuan dua lempeng benua Indo-Australia dan Eurasia pada kedalaman kurang dari 30 km.
Akibat bencana itu, sebagian dusun Madasari Desa Masawah luluh lantak, bangunan hancur porak poranda, akses listrik dan sinyal komunikasi pun terputus. Selain menimbulkan korban nyawa, mereka yang selamat pun membutuhkan bantuan untuk melanjutkan hidup di pengungsian.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pemerintah Desa Masawah per tanggal 17 Agustus 2006 nilai kerugian harta benda mencapai sekitar Rp. 10,23 miliar.
Sekitar 162 pihak yang telah menyalurkan bantuan untuk para korban tsunami di desa Masawah baik perorangan maupun organisasi/Lembaga, diantaranya Posko Jenggala Medco Peduli, Aksi Cepat tanggap (ACT), Yayasan Tanggul Bencana (YTB) Jakarta, Lion Grup Bandung, PT. Siboga Semarang, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu.